Rabu, 01 Juli 2015

Bisnis ''Belakang'' yang Menggiurkan


JIKA Anda membaca koran atau melihat iklan di pinggir jalan ada tulisan ''Sedot WC Servis Memuaskan,'' bisa jadi akan tergambar di benak Anda sesuatu yang (maaf) menjijikkan. Tapi, apakah demikian adanya?

Kota Semarang yang penuh sesak dipadati dengan rumah-rumah, memaksa orang membuat rumah berhimpitan. Tak urung sebagian orang kurang memperhatikan pembuatan septic tank. Walhasil, dua atau tiga tahun kemudian penampung tinja itu sudah penuh.

Membikin septic tank baru tentu saja membutuhkan biaya yang tak sedikit. Selain itu ketersediaan lahan juga tak mencukupi. Barangkali, ini menjadi alternatif yang lebih cocok dengan kantong. Datanglah ke penawar jasa servis sedot water closet (WC). Dengan biaya yang jauh lebih murah dibanding membuat septic tank baru. Coba bayangkan hanya dengan tarif antara Rp 75.000 hingga Rp 100.000 septic tank kembali bisa digunakan. Ke ''belakang'' pun terasa nyaman karena saluran tinja menjadi lancar.

Bisa jadi, persoalan tersebut justru mendorong masyarakat untuk mendirikan usaha yang menggiurkan. ''Awal saya menekuni usaha ini, karena banyak keluhan masyarakat akan WC mereka yang sudah penuh,'' ujar Ir Chrisno Indi Anto, pemilik Doremon Jaya yang menggeluti usaha sedot dan kuras WC.

Lebih lanjut dia mengatakan, usahanya itu merupakan usaha sampingan belaka. Pasalnya, konsentrasi dia tidak hanya pada penyedotan WC melainkan juga menguras drainase kota, limbah pabrik, galian proyek dan pengeboran minyak.

Tarif pengurasan WC, kata dia, untuk pertama minimal senilai Rp 100.000 untuk dua meter kubik, sedangan untuk satu meter kubik Rp 50.000 dan 1/2 meter kubik Rp 25.000.

Menyinggung penghasilan jasa tersebut Chrisno mengatakan, dengan delapan kendaraan penyedot WC-nya, jika banyak pesanan setiap bulan dia bisa mengantongi uang kotor sebesar Rp 6 juta, jika dihitung bersih mencapai Rp 3 juta. Namun, jika sepi permintaan jumlah yang diperolah Rp 1,5 juta.

''Ini hanya bisnis dapur saja kok, kalau dihitung-hitung rugi. Ya, hanya kerja sosial untuk membantu masyarakat yang kesulitan. Selain itu, membuka lapangan pekerjaan baru.''

Sekarang ini, Doremon Jaya sudah membuka cabang di berbagai kota, seperti, Jakarta, Bandung, Cirebon, Tegal, Pati, Surabaya dan Batam. ''Kami menggeluti usaha penyedotan limbah itu sejak 1984. Meski demikian, khusus penyedotan WC saya mulai tahun 1995. ''Dulunya saya hanya menyedot limbah pertamina, dan drainase. Namun, karena over kendaraan akhirnya saya masuk dalam bisnis penyedotan WC ini.''

Lenny Setyowati, pemilik Lala Sedot WC mengatakan, secara akal ke depan bisnis sedot WC ini cukup prospektif. Mengingat jumlah penduduk semakin meningkat dan lahan permukiman semakin bertambah, sementara septic tanknya kurang diperhatikan.

''Kan tidak ada orang yang tidak buang air besar setiap harinya. Nah, tentu dalam jangka waktu tertentu septic tank tersebut akan penuh. Dengan menggunakan jasa penyedotan, akan lebih parktis mengatasi masalah WC,'' jelasnya.

Kalau dihitung bisnis, pihaknya belum merasakan hasilnya yang signifikan. ''Kalau dibilang rugi juga enggak, kalau dihitung untung, ya namanya bisnis tidak mungkin rugi. Tapi kok sudah dua tahun ini mobil saya belum tambah juga,'' tutur Lenny yang memiliki dua kendaraan.

Terbiasa Bau

Mengawali pekerjaan ini berbeda dengan pekerjaan lain. Pertama kali sebelum melakukan penyedotan biasanya petugas penyedot WC menaburkan kopi atau prambus ke dalam septic tank. Selanjutnya kopi tersebut diaduk-aduk supaya bercampur dengan kotoran.

Setelah bau dari kotoran tersebut berubah menjadi bau kopi atau prambus, barulah para penyedot WC itu mulai beraksi. Perkakas yang tersimpan rapi di mobil diturunkan.

Kalau soal jijik, kata Yudi penyedot WC, memang seperti itu adanya. Meski demikian, karena sudah menjadi pekerjaannya dan segala risiko harus dijalaninya. Orang bekerja di sini tentunya sudah mengetahui apa yang aka dikerjakan.